Bryan Arfiandy. b. Batam, Indonesia, 1997. Cartoonist, Jakarta. Open for: poster & editoral illustrations and caricature.


email: barfiandy[at]gmail.com


coming soooooooooooon


2018 - Made for KOSMIK’s halloween special social media content.


2018 - Komik spesial Hari Sumpah Pemuda sosial media KOSMIK



Bagaimana Menciptakan Manusia Tangguh yang Tak Terkalahkan, atau: Sebuah Penutupan untuk Serialisasi Hati Nammo
Bryan Arfiandy, Maret 2024

Bagaimana perasaanmu?
Itu pertanyaan besar yang membuka Hati Nammo di chapter 0-0 nya. Sekarang, rasanya semua pembaca yang budiman sudah tahu bahwa penomoran chapter Hati Nammo dibuat sedemikian rupa untuk menyerupai skor bulutangkis. Sungguh jenius. Pada awalnya, tulisan ini pun sempat akan menjelma menjadi paparan panjang tentang betapa hebatnya komikus Hati Nammo, lengkap dengan detil dari awal perancangan cerita beserta latar belakangnya dan lampiran semua sketsa gambar alternatif yang kubuat. Tapi untungnya bagi kalian, aku tidak akan terjebak lagi untuk kedua kalinya. Kalian harus baca komiknya sendiri untuk menemukan kejeniusanku di antara parit-parit panel.
Kembali ke pertanyaan soal bagaimana perasaanmu, apakah boleh aku saja yang menjawab?Aku merasa lega! Terima kasih sudah menanyakan!Aku merasa sangat lega bisa menamatkan Hati Nammo dengan baik. Kalau boleh, aku ingin memberi nilai A- untuk Hati Nammo. Sebenarnya aku hampir tergoda untuk memberi nilai A+. Tapi mungkin ada baiknya aku beri ruang bagi Bryan masa depan untuk menciptakan karya yang lebih baik lagi. Lagipula ada bagian chapter di mana aku terbalik memberi tanggal pada Hari Pahlawan dan Hari Guru, dan ada bagian di mana aku menampilkan kebodohanku dengan tidak mengerti apa itu “bergeming”, dll, dll…Ngomong-ngomong…Beberapa minggu menuju akhir cerita Hati Nammo, tiba-tiba aku dilanda perasaan takut mati. “Bagaimana kalau aku mati sebelum menamatkan Hati Nammo?” Akibatnya, menyebrang jalan pun aku menunggu bebek untuk menyebrang terlebih dahulu untuk memastikan tidak akan ada yang menabrakku. Hah! Lihat dia, Yang Mulia! Bodoh sekali! Kwek! Kwek! Lihatlah betapa tidak pentingnya segala ketakutan itu sekarang karena Hati Nammo ternyata berhasil tamat. Bwek! Lagipula, apa yang bisa kulakukan kalau memang sudah ditakdirkan untuk tidak bisa menamatkan Hati Nammo? Uwek!Karena itu aku ingin berterima kasih kepada Tuhan, keluarga, teman-teman, pembaca yang budiman, idola, bebek tetangga, dan semesta, karena telah memungkinkanku untuk menamatkan Hati Nammo.Kita mulai dari Tuhan, sebagaimana mestinya.Aku punya hubungan yang ribet dengan Tuhan. Lahir di keluarga Buddha, namun disekolahkan di sekolah Kristen SD Theodore Batam, membuat Bryan kecil merasa berdosa setiap kali sembahyang ke vihara. Aku ingat betapa aku ingin melipat tangan dan berdoa setiap sebelum makan dan tidur tapi selalu kulakukan diam-diam saja karena ayahku sangat tidak senang akan fakta bahwa aku, anak sulungnya, yang tidak pernah bisa setengah hati ini, ternyata sebegitu sepenuh hati mengimani agama yang dipelajarinya di sekolah setiap hari. “Itu agama orang barat!” kata ayahku, “ngapain ikut-ikutan”, “nanti siapa yang sembahyang papa kalau mati?”. Tapi karena keras kepala, sampai lulus SMA, aku tidak peduli dengan ayah yang telah membesarkanku dan tetap mengimani Yesus yang sudah terlebih dahulu mati untuk kita semua sekitar 2000 tahun yang lalu. Haleluya!Ketika kuliah, aku merantau ke Gading Serpong. Betapa senangnya, karena akhirnya aku bisa ke gereja sesuka hatiku. Tak lama kemudian, aku merasa bersalah karena hanya menyempatkan ke gereja seminggu sekali, sedangkan Tuhan mencintaiku setiap hari. Hah! Ada apa dengan perasaan bersalah yang terus muncul ini? Ada yang bisa kasih tahu, ini penyakit apa?Singkat cerita, tiba masanya aku terlalu sepenuh hati dalam mempelajari bab “Merasionalkan Tuhan” di mata perkuliahan Religiusitas. Akibatnya, hatiku tidak bisa menerima Tuhan yang memperbolehkan neraka abadi. Tolong jangan berdebat tentang ini denganku, bagiku sekarang kebenaran tidaklah penting. Tuhan yang selama ini aku imani telah mati dan seperti kata Nietzsche, aku sendirilah yang membunuhnya.Ketika dalam proses menciptakan Hati Nammo, aku merasa seperti Tuhan mini. Menciptakan dunia dan manusia-manusia di dalamnya, lalu kuberikan penderitaan kepada mereka. Mengapa Budi dan teman-teman harus menderita? Selain karena memang itu adalah tema yang kubawa berdampingan dengan cinta. Di sana, aku berkiblat pada penulis favoritku, Kurt Vonnegut, yang bersabda: “Jadilah seorang yang sadis kepada tokoh dalam ceritamu!” Aku percaya padanya, ia bagaikan Tuhan bagiku, aku suka semua karyanya. Aku percaya, menjadi seorang yang sadis pada tokoh ciptaannya adalah cara untuk menciptakan cerita yang baik. Tuhan Maha Esa yang ku percaya sekarang adalah yang seperti itu. Tuhan yang sedang dan selalu berusaha untuk membuat cerita yang terbaik yang ia bisa. Ia seorang seniman, bahkan mungkin seorang komikus. Yang ku imani, Ia pun juga menderita sebagaimana seniman yang harus menderita demi karyanya. Aku tidak tau pasti, tapi itulah inti dari iman, kan?Tenang, aku di sini bukan untuk menyebarkan kultus aneh memuja Tuhan komikus. Keluargaku semua masih berdoa kepada Tuhan-Tuhan yang diakui negara, dan aku masih akan menyembahyangi ayahku ketika ia meninggal dunia nanti.Keluargaku adalah keluarga teladan program Keluarga Berencana. Aku anak sulung dan hanya mempunyai seorang adik perempuan. Sekarang rambutnya berwarna biru. Dan menurut perkirakanku, ukuran hatinya pun tidaklah seberapa. Tentu saja banyak dari kisah Hati Nammo yang diambil dari kehidupan pribadiku sendiri, tapi terkadang aku merasa mungkin dia-lah Nammo yang sebenarnya, sedangkan aku hanya Chandra yang otaknya tidak seberapa, memanjakan adikku seperti tuan putri dan berusaha menjaga supaya ia tidak menderita. Mari kita lupakan adikku mulai dari sini. Ia akan baik-baik saja. Ia baru saja lulus kuliah jurusan sastra korea dari Universitas Indonesia. Otaknya besar seperti Nammo. Dia akan setuju. Orang tuaku mungkin tidak. Mereka suka merasa anak-anak mereka bodoh dan tidak siap untuk kehidupan di luar sana.Sebenarnya kedua orang tuaku jarang sependapat tentang apapun. Salah satu dari sedikit hal yang mereka sepakati (selain anak-anaknya bodoh) adalah betapa sia-sianya hidupku karena memutuskan untuk mengejar mimpiku menjadi komikus. Betapa inginnya aku menunjukkan kepada mereka bahwa mereka salah. Namun aku tidak bisa karena, selama serialisasinya, Hati Nammo bukan komik yang berhasil secara komersil. Yang orang tuaku bisa lihat hanyalah aku yang bekerja siang malam mengerahkan otak hingga sakit kepala sebelah setiap dua hari sekali dan menghasilkan duit yang tidak seberapa. Yang tidak bisa mereka lihat, karena mereka tidak membaca Hati Nammo maupun tulisan ini, adalah: Aku sangat mencintai takdirku. Aku bersyukur sudah dilahirkan dan dibesarkan oleh mereka. Tak ada satu hal pun yang ingin kuubah.Aku percaya dengan jagat majemuk. Aku membayangkan ada banyak Bryan di jagat lain yang sama-sama lahir dari keluarga keturunan Tionghua yang hidup sederhana di kota Batam dan entah bagaimana ceritanya mereka pun menemukan jalan untuk mengejar mimpinya menjadi komikus, bahkan sampai ke ibu kota. Tapi kalau pada akhirnya mereka tidak menciptakan Hati Nammo, ada bagian dalam diriku yang merasa kasihan pada mereka.Seharusnya ada banyak juga jagat lain di mana para Bryan hampir membuat Hati Nammo. Hampir! Namun memang tidak berjodoh saja dan semoga mereka pun baik-baik saja. Melihat balik sekarang, sebenarnya aku pun pernah berkesempatan untuk mengintip jagat-jagat itu. Ketika itu, pertengahan tahun 2020, tak lama setelah Code Helix tamat, aku mensubmit Hati Nammo yang masih berjudul Hard Luck Buddha ke Line Webtoon ID. Setelah beberapa usaha untuk meyakinkan mereka, Hard Luck Buddha ditolak dan diputuskan untuk belum bisa terbit. Setelahnya, untuk setahun aku bekerja serabutan membantu apapun yang dibutuhkan oleh kantor/studio tempat ku bekerja saat itu, KOSMIK, sambil mengembangkan ide cerita lain untuk calon penerbitan lain. Lalu, pertengahan tahun 2021, Josheniel, editor korespondensi ku dari pihak Line Webtoon ID, mengabarkan bahwa mereka sedang ingin menerima submisi judul yang sebanyak-banyaknya, dan menawarkanku apakah ingin mencoba untuk kembali membangkitkan ide komik bulutangkis-romansa yang sudah kandas tahun lalu itu. Aku langsung mengiyakan.Jodoh memang nggak kemana-mana.Adapun yang terpenting di dalam jangka waktu jeda setahun itu untuk bisa berujung pada terciptanya Hati Nammo adalah aku yang mulai hobi membaca novel literatur fiksi. Dari hobi itulah, baru di saat kembali meramu komik bulutangkis-romansa ini, bisa muncul elemen-elemen cerita seperti rambut biru, hati kecil, pembaca yang budiman, sulap Teddy, maupun Susu Jahe Tazmania. Seakan aku yang 2020 memang belum siap untuk menciptakan karya yang seharusnya kuciptakan, Hati Nammo.Seperti yang pembaca budiman ketahui, Hati Nammo baru terbit di September tahun 2022. Februari 2023, season pertama dari Hati Nammo selesai. Di sana, rambut palsu sulap Teddy lepas, dan setelahnya Budi akan bermain sebagai dirinya sendiri, dan aku sang Tuhan diberi kesempatan sekali lagi untuk mengintip jagat lain di mana Bryan tidak bisa menamatkan Hati Nammo seperti yang ia inginkan.Kita kembali ke soal penomoran chapter. Sejak awal, Hati Nammo sudah dirancang untuk dimulai dari Love-All dan berakhir di Love-All untuk mengusung tema cinta. Season satu dirancang untuk berakhir di 0-20, namun pada prakteknya aku kebablasan dan harus membocorkan sedikit kejeniusanku dan mengakhiri season pertama di 1-20. Penomoran chapter di paruh cerita kedua seharusnya perlahan merangkak ke 20-20 dan kemudian seperti yang para penggemar bulutangkis ketahui, kita akan melalui deuce, dan mungkin akan kuakhiri di 20-22 atau berapapun sesuai kebutuhan cerita semisalnya aku kebablasan lagi, sebelum benar-benar tamat di 0-0.Tapi lagi, menguji ingatan pembaca yang budiman, Hati Nammo season 2 berujung di 12-21. Hal itu karena, tak lama setelah season pertama selesai, saat Hati Nammo masih hiatus untuk persiapan season kedua, Josheniel (dengan nada yang berat hati) menelpon dan memberitakan bahwa Hati Nammo harus bisa tamat dalam 3 bulan atau jatah sekitar 12 chapter dikarenakan performa traffic yang kurang maksimal. Aku yang tumbuh membaca manga shonen lalu sadar bahwa inilah yang mereka sebut “dikapak”. Terjadi padaku di serialisasi pertamaku yang kutulis dan gambar sendiri. Hah!Hal pertama yang aku pikirkan setelah menerima kabar itu adalah: “Gawat. Nggak bisa bikin chapter sampai 20-20 lalu deuce lalu 20-22 lalu 0-0 dong?”. Apa artinya kalau harus tamat di 12-20 atau 13-20? Siapapun dengan otak yang lebih besar akan sudah tahu, ya tinggal ditamatkan dengan skor -21 saja seperti pertandingan bulutangkis pada umumnya. Sayang, otakku tidak sebesar itu dan juga sedang tidak dingin.Tanpa berpikir panjang, aku berusaha membujuk Josheniel untuk membiarkanku menamatkan Hati Nammo sesuai rencana penomoran chapter yang sudah disepakati. Tidak apa-apa kalau aku tidak dibayar di sisa chapter yang tidak direstui, yang penting Hati Nammo harus tamat sesuai rancangan. Kelihatannya heroik tapi sebenarnya egois karena aku pada masa itu adalah karyawan KOSMIK yang digaji setiap bulan. Tanpa berpikir panjang, aku ingin membiarkan KOSMIK terus menderita memodaliku ngomik sesuai idealismeku di sebuah komik yang sama sekali tidak laku di pasaran sementara mereka tidak menerima uang bayaran dari platform. Untungnya, walau dengan alasan yang berbeda, Josheniel tidak memperbolehkanku untuk melakukannya.Lalu, otak kecilku mencari akal lain, yaitu untuk tidak melanjutkan season kedua Hati Nammo. Kalau tidak bisa tamat sesuai rancangan, mending tidak usah sekalian. Aku pikir mungkin aku bisa menamatkan Hati Nammo di lain waktu di lain kesempatan saja.Lalu akhirnya ia bersuara. Sesaat sebelum aku sempat membulatkan tekad, sang narator sialan yang menemaniku selama penulisan Hati Nammo seperti bersuara:“Begitulah hidup, tidak bisa selalu suka-suka kamu”.Ia mengingatkanku pada tema Amor Fati yang ingin kubawa diakhir cerita Hati Nammo. Sebuah tema yang kuingin semua pembaca budiman rasakan. Chapter 0-0 yang akan menjadi chapter penutup seharusnya mewakili Budi yang mencintai takdirnya dan memilih untuk kembali bersekolah meski sudah tahu akan ada banyak penderitaan. Lalu apa jadinya aku yang tidak bisa menerima takdir bahwa komikku adalah komik gagal secara komersil dan tidak bisa tamat sesuka hatiku? Seorang hipokrit yang tidak bisa mengimani pesan yang ingin disampaikannya sendiri. Menyadari itu, aku memilih untuk mencintai takdirku. Season kedua Hati Nammo pun tetap berlanjut, tidak sesuai rancangan, tapi sebagaimana mestinya. Sesuai dengan takdirnya. Februari 2024, Hati Nammo tamat.Kalau boleh jujur, aku lebih suka dengan Hati Nammo yang kita punya sekarang daripada yang kupunya di rancanganku, karena itu aku malah jadi bersyukur atas dikapaknya Hati Nammo. Mungkin inilah yang orang barat katakan “ignorance is bliss”. Otak kecilku tidak mampu membayangkan skenario Hati Nammo yang lebih baik dari sekarang, karenanya aku bahagia. Tapi pembaca yang budiman akan tahu, aku baru bisa punya Hati Nammo yang sekarang karena pada saat itu aku memutuskan untuk mencintai takdirku lalu duduk menggambar Hati Nammo sepenuh hati sampai dengan kalimat dan panel terakhirnya.Begitulah cara untuk menciptakan manusia yang tak terkalahkan. Bahan bakunya boleh apa saja, hati yang kecil maupun besar, otak yang kecil maupun besar. Langkah pertama, mencintai takdir. Langkah kedua adalah bertahan hingga akhir! Karena bila tidak bertahan hingga akhir, bagaimana kamu bisa berdiri dengan penuh luka dan melihat kebelakang untuk merasakan betapa beruntungnya dirimu masih hidup? Bayangkan kalau pembaca yang budiman berhenti membaca Hati Nammo di chapter 8-20.Untuk membuat khotbahku lebih jelas: mencintai takdir dan menjadi manusia tangguh yang tak terkalahkan bukanlah akhir, melainkan awal. Menjadi manusia tangguh yang tak terkalahkan membuatmu memiliki tanggung jawab yang besar. Itu adalah hukum sederhana yang aku dengar dari tetanggaku yang ramah. Lantas, apa tanggung jawab itu?Mencintai semua manusia lain di sekitar kita.Ini bukan hal baru. Yesus sudah mengajarkan kita. Kata kuncinya ada di “sekitar. Mencintai seluruh dunia mungkin terlalu berat, maka cintailah teman-teman dan keluargamu karena mereka sudah lebih dulu mencintaimu. Kalaupun mereka belum, kalian pun harus mencintai mereka karena itu tanggung jawabmu. Keraslah pada diri sendiri dan lembutlah terhadap orang lain, oleh sebab itu tidak perlu berkecil hati bila mereka tidak mencintaimu kembali karena cinta bukan sesuatu yang hanya diberikan kepada mereka yang layak seperti rasa hormat maupun uang maupun jabatan. Cinta harus dibagikan secara cuma-cuma! Harganya nol! 0-0! Love-All!Banyak yang bilang Hati Nammo adalah komik yang menghangatkan hati. Bagaimana tidak, isinya tidak ada penjahat sama sekali, hanya sekumpulan anak SMA yang berusaha sebisa mereka dalam menjalani hidup. Tidak ada tukang bully seperti kebanyakan komik impor yang tayang di platform yang sama dengan Hati Nammo. Mengapa? Karena itu yang kurasakan selama hidupku sampai titik penulisan tulisan ini. Aku dikelilingi orang-orang baik. Sepanjang hidupku aku dibantu oleh teman-temanku. Sepanjang pembuatan Hati Nammo pun tidak pernah luput dari dukungan mereka.Asal kalian tahu saja, aku ini bukan anak yang baik, bukan abang yang baik, bukan teman yang baik, bukan karyawan yang baik, bukan warga negara yang baik, intinya bukan manusia yang baik. Karena itu aku sering bersembunyi di balik meja, menggambar komik sebaik yang kubisa. Setidaknya dari segala ketidakgunaanku, aku bisa merasa lega dan tidur tanpa terlalu banyak merasa bersalah karena aku sudah berusaha menggambar komik yang baik setiap harinya. Aku bersyukur sekali orang sepertiku yang seharusnya mengalami segala kesulitan dalam hidup malah seringkali dipermudahkan jalannya karena orang-orang baik dan takdir yang baik yang terus membiarkanku menjadi diriku sendiri dan menggambar dengan jujur. Aku tahu betul ada banyak pihak yang direpotkan oleh ku dan aku hanya berharap kedepannya aku bisa perlahan keluar dari meja gambarku dan menjadi manusia yang lebih baik. Aku sudah lebih siap. Setelah menamatkan Hati Nammo, aku merasa lebih siap untuk menjadi manusia yang lebih baik. Mungkin karena di perjalanannya, aku sudah menjadi manusia lebih tangguh yang sulit dikalahkan.Ah! Betapa ajaibnya kegiatan menciptakan komik ini. Kukira, aku yang menciptakan mereka. Kenyataannya, mereka pun turut menciptakanku.

Aku sangat suka dengan paradoks. Itulah mengapa Hati Nammo dimulai dengan perpisahan dan diakhiri dengan pertemuan. Tamatnya Hati Nammo mengantarkanku untuk mengucap selamat tinggal ke beberapa hal dalam hidupku tapi aku juga tahu aku akan dipertemukan dengan hal-hal baru. Aku tidak tahu apa itu. Aku sangat menantikannya, tapi itu bukan urusanku, itu urusan Bryan masa depan.Bryan masa kini ingin mengucapkan terima kasih dan selamat tinggal kepada pembaca budiman yang senantiasa menemani. Kalian yang meninggalkan jejak berupa like dan komen di komiknya maupun di instagram, kalian yang sudah membeli koin, kalian yang menggambar fanart, kalian yang sudah menyebarkan Hati Nammo ke orang-orang terdekat, kalian yang sudah mengirim pesan dan memberitahuku betapa senangnya kalian membaca Hati Nammo, kalian yang setia menunggu Hati Nammo kembali dari hiatus berkepanjangan, kalian yang membeli merch Hati Nammo di Comifuro 17 kemarin, maupun kalian yang hanya sekedar membaca. Terima kasih banyak. Perjuangan menciptakan Hati Nammo tidaklah mudah, sama seperti Budi, aku pun mengalami penderitaan di antaranya. Dan sama pula seperti Budi, aku tahu bila ada “setan yang menghampiriku di suatu malam sunyi sepi tersepi dalam kesepianku, lalu berkata, ‘hidupmu harus kau hidupi sekali lagi dan berkali-kali lagi hingga tak terhingga kali…” Aku akan sujud syukur dan memanggilnya Tuhan karena itu artinya aku bisa menciptakan Hati Nammo dan bertemu pembaca yang budiman untuk berkali-kali lagi. Aku harap kalian pun sama. Aku harap membaca Hati Nammo sedikit banyak membuat kalian berpikir dua kali sebelum memutuskan untuk tidak ingin menghidupi hidup ini berkali-kali lagi. Aku harap kalian beruntung dan menemukan hal-hal yang bisa membuat kalian mencintai takdir. Semoga yang berjodoh dipertemukan kembali.Terima kasih, semuanya!

*aku dan meja kerjaku di hari-hari terakhir menggambar Hati Nammo. Foto diambil oleh adikku.